Gempa Susulan di Ambon Berlanjut, Pemerintah Pasang 11 Seismograf

Gempa Susulan di Ambon Berlanjut, Pemerintah Pasang 11 Seismograf – Kota Ambon atau Ambong dalam bahasa setempat adalah ibu kota dan kota terbesar dari Provinsi Maluku. Kota yang berdiri di selatan Pulau Ambon ini berawal dari pendirian sebuah benteng yang senantiasa menjadi pusat pertumbuhan kota. Kota ini didirikan oleh bangsa Portugis yang menamainya dengan istilah Nossa Senhora da Anunciada.

Sejak zaman VOC dan Belanda, kota ini berkembang dengan cepat sebagai pusat pembudidayaan dan perdagangan rempah dan juga salah satu kota penting di Nusantara hingga sekarang berkedudukan sebagai ibu kota provinsi. Kini, kota ini berkedudukan sebagai kota yang dikepalai oleh wali kota dengan dewan perwakilan rakyat setempat sebagai penyelenggara bersamanya. sbobet365

Gempa Susulan di Ambon Berlanjut, Pemerintah Pasang 11 Seismograf

Kota Ambon adalah merupakan pusat pelabuhan, pariwisata, dan pendidikan bagi wilayah Kepulauan Maluku. Dari antara beberapa pelabuhan di kota, Pelabuhan Yos Sudarso di kota ini menjadi pelabuhan utama kota dan provinsi. Kota disebut sebagai pusat pariwisata karena menawarkan beragam jenis wisata, mulai dari alam, budaya, bahari, hingga kuliner. Keberadaan Ambon sebagai pusat pendidikan bisa dilihat dari penyelenggaraan pesta pendidikan, rata-rata lama sekolah yang tinggi, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan sejak zaman penjajahan. Kota ini pun memiliki PDRB terbesar dan PDRB per kapita tertinggi di Maluku. Selain itu, Ambon menyandang gelar sebagai kota musik Indonesia. taruhan bola

Badan Nasional Penanggulangan Bencana  dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) memasang empat alat sensor pendeteksi gempa bumi seismograf  di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. americandreamdrivein.com

Kasubdit Peringatan Dini BNPB, Abdul Muhari, di Piru, ibukota kabupaten SBB, Minggu mengatakan “Empat seismograf yang dipasang di Kabupaten Seram Bagian Barat ini merupakan bagian dari 11 unit peralatan pendeteksi gempa yang dipasang di tiga wilayah Maluku yang terdampak gempa magnitudo 6,5 pada 26 September 2019,”

Peralatan tersebut dipasang para teknisis di kantor Desa Latu, kecamatan Amalatu, Stasiun Klimatologi BMKG SBB di Kairatu, Desa Loki, kecamatan Huamual serta di kantor BPBD kabupaten SBB di Piru.

“Kami ingin peralatannya aman dari berbagai gangguan makanya lokasi pemasangannya dipilih di kantor desa atau instansi pemerintah lebih sehingga terjamin,” ujarnya.

Alat sensor pendeteksi gempa bumi yang dipasang di Maluku tersebut untuk mendapatkan data yang lebih akurat tentang aktivitas kegempaan yang masih mengguncang Kota Ambon, kabupaten Maluku Tengah dan SBB hingga saat ini.

Abdul Muhari yang didampingi Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Ambon Andi Azhar Rusdin dan Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Maluku John Hursepuny, mengatakan diperlukan berbagai upaya untuk menganalisis dan meneliti kondisi kegempaan di Maluku, mengingat aktivitas gempa susulan sangat tinggi dibanding yang terjadi di daerah lainnya di tanah air.

Gempa Maluku menjadi fenomena tersendiri dan berbeda dengan bencana serupa di daerah lain. Di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) misalnya gempa susulannya justru sedikit, sedangkan di Maluku cukup banyak.

Gempa susulan di Lombok hanya tercatat 363 kali selama tiga bulan, sedangkan Maluku sejak gempa utama pada 26 September hingga 20 Oktober pukul 09.00 WIT sudah terjadi 1.703 kali gempa susulan dan 194 kali di antaranya dirasakan oleh masyarakat di Maluku.

Pemasangan seismograf tersebut merupakan salah satu upaya untuk menentukan langkah mitigasi bencana yang dapat dilakukan di Maluku, di samping tahapan tanggap darurat yang sedang dilakukan.

Pemasangan peralatan di sejumlah pulau di Maluku yang terdampak gempa tersebut, untuk mengetahui secara mendetail seperti apa aktivitas gempa susulan yang masih terus terjadi.

“Peralatannya hanya dipasang di daerah tertentu untuk memantau aktivitas gempa susulan agar bisa tahu proses terjadinya seperti apa, atau ada hal lain selain murni pelepasan energi,” katanya.

Abdul Muhari menambahkan, peralatan Seismograf dipasang selama dua bulan dan setiap periode tiga minggu petugas akan datang untuk mengambil data guncangan gempa yang telah terekam untuk dianalisa lebih jauh.

“Dari hasil ini kita bisa memetakan aktivitas gempa susulan yang terjadi serta diarahkan dengan upaya mitigasi yang akan dilakukan di Maluku di masa mendatang,” katanya.